Senjata Dalam Perang Afganistan

0 0
Read Time:15 Minute, 12 Second

Senjata yang Digunakan oleh Pasukan Afghanistan

Senjata yang digunakan oleh pasukan Afghanistan dalam perang Afghanistan mencerminkan berbagai pengaruh dari negara-negara pendukung serta kondisi medan perang yang kompleks. Dari senjata ringan hingga artileri, perlengkapan tempur ini sering kali berasal dari sumber-sumber luar negeri, termasuk bekas persediaan Uni Soviet dan alutsista modern dari Amerika Serikat serta sekutunya. Artikel ini akan membahas beberapa jenis senjata utama yang digunakan dalam konflik panjang tersebut.

Senjata Infanteri

Pasukan Afghanistan menggunakan berbagai jenis senjata infanteri selama perang Afghanistan, baik yang berasal dari era Soviet maupun pasokan modern dari Amerika Serikat dan sekutunya. Senapan serbu AK-47 dan variannya, seperti AKM dan AK-74, menjadi senjata paling umum karena ketahanan dan kemudahan perawatannya. Selain itu, senapan serbu M16 dan M4 Carbine juga digunakan, terutama oleh pasukan yang dilatih dan didukung oleh AS.

Senapan mesin ringan seperti RPK dan PKM dari Rusia sering dipakai untuk memberikan dukungan tembakan otomatis. Sementara itu, pasukan yang bekerja sama dengan NATO lebih banyak menggunakan senapan mesin M249 SAW. Untuk pertempuran jarak dekat, pistol seperti Makarov PM dan Browning Hi-Power menjadi pilihan, sedangkan senapan runduk Dragunov SVD dan Barrett M82 digunakan untuk operasi penembak jitu.

Senjata anti-tank juga menjadi bagian penting dalam persenjataan pasukan Afghanistan, dengan RPG-7 sebagai yang paling banyak ditemui karena efektivitasnya melawan kendaraan lapis baja dan posisi musuh. Selain itu, peluncur granat seperti M203 dan GP-25 sering dipasang pada senapan serbu untuk meningkatkan daya tembak dalam pertempuran urban atau pegunungan.

Perlengkapan tempur lainnya termasuk granat tangan seperti F1 dan RGD-5 dari era Soviet, serta granat asap dan flashbang untuk taktik pengalihan. Kombinasi senjata-senjata ini mencerminkan sejarah panjang konflik Afghanistan, di mana pasukan lokal harus beradaptasi dengan berbagai sumber persenjataan dari pihak-pihak yang terlibat dalam perang.

Kendaraan Lapis Baja

Pasukan Afghanistan juga mengandalkan berbagai kendaraan lapis baja untuk mendukung operasi tempur di medan perang yang beragam. Kendaraan seperti BMP-1 dan BMP-2 dari era Soviet sering digunakan untuk transportasi pasukan dan dukungan tembakan langsung. Selain itu, tank T-55 dan T-62 juga menjadi bagian dari persenjataan berat, meskipun penggunaannya lebih terbatas karena medan yang tidak selalu mendukung.

Untuk mobilitas yang lebih ringan, pasukan Afghanistan memanfaatkan kendaraan seperti Humvee dan MRAP (Mine-Resistant Ambush Protected) yang disuplai oleh Amerika Serikat. Kendaraan ini memberikan perlindungan terhadap ranjau dan serangan improvisasi, yang sering terjadi dalam konflik asimetris. Selain itu, truk tempur seperti Ural-4320 dan Kamaz juga digunakan untuk logistik dan transportasi pasukan.

Helikopter tempur seperti Mi-24 Hind dan Mi-17 Hip berperan penting dalam operasi udara, baik untuk serangan darat maupun evakuasi medis. Sementara itu, pasukan yang bekerja sama dengan NATO juga menggunakan helikopter Black Hawk untuk misi khusus dan dukungan udara. Kombinasi kendaraan lapis baja dan udara ini memungkinkan pasukan Afghanistan untuk bertahan dan melancarkan serangan dalam berbagai kondisi medan.

Artileri dan Mortir

Pasukan Afghanistan memanfaatkan berbagai jenis artileri dan mortir dalam konflik panjang mereka, yang berperan penting dalam pertempuran jarak jauh maupun pengepungan posisi musuh. Sistem artileri seperti howitzer D-30 buatan Uni Soviet sering digunakan karena keandalannya di medan pegunungan. Senjata ini mampu menembakkan proyektil hingga jarak 15 kilometer, memberikan dukungan tembakan tidak langsung yang efektif.

Mortir juga menjadi andalan pasukan Afghanistan, terutama jenis seperti 82mm dan 120mm yang berasal dari persediaan era Soviet. Mortir ini mudah diangkut dan dapat dengan cepat dipasang di medan yang sulit, menjadikannya ideal untuk perang gerilya. Selain itu, pasukan yang dilatih oleh NATO juga menggunakan mortir M252 kaliber 81mm untuk operasi yang lebih presisi.

Beberapa unit artileri bergerak, seperti truk dengan peluncur roket BM-21 Grad, digunakan untuk serangan area yang menghancurkan. Sistem ini mampu meluncurkan puluhan roket dalam waktu singkat, menciptakan dampak psikologis dan fisik yang besar di garis depan. Kombinasi antara artileri tradisional dan mortir lincah memungkinkan pasukan Afghanistan untuk menyesuaikan taktik mereka dengan dinamika perang yang terus berubah.

Senjata yang Digunakan oleh Pasukan Asing

Senjata yang digunakan oleh pasukan asing dalam perang Afghanistan mencakup berbagai alutsista modern yang didesain untuk operasi tempur intensif. Pasukan seperti Amerika Serikat dan sekutu NATO membawa senjata canggih, mulai dari senapan serbu M4 Carbine hingga senapan mesin M240B, serta sistem pelontar granat M320. Senjata-senjata ini dipilih untuk ketepatan, keandalan, dan kompatibilitas dengan perlengkapan tempur lainnya dalam medan perang yang kompleks.

Senjata Infanteri dari NATO

Senjata yang digunakan oleh pasukan asing dalam perang Afghanistan, khususnya senjata infanteri dari NATO, mencerminkan standar tempur modern dengan fokus pada akurasi, modularitas, dan daya tahan. Senapan serbu M4 Carbine dan M16A4 menjadi tulang punggung pasukan infanteri, dilengkapi dengan optik seperti ACOG atau EOTech untuk meningkatkan efektivitas tembakan. Senapan mesin ringan M249 SAW dan senapan mesin sedang M240B digunakan untuk memberikan dukungan tembakan otomatis yang stabil.

Untuk operasi khusus, pasukan NATO sering menggunakan senapan runduk seperti M24 SWS atau Barrett M107 untuk penembakan jarak jauh. Pistol M9 Beretta atau SIG Sauer P320 menjadi senjata sekunder yang andal. Peluncur granat M203 dan M320 dipasang pada senapan serbu untuk memberikan daya hancur tambahan, sementara pelontar granat otomatis MK19 digunakan dalam pertempuran jarak menengah.

Senjata anti-tank seperti FGM-148 Javelin dan AT4 juga menjadi bagian dari persenjataan NATO, memberikan kemampuan untuk melawan kendaraan lapis baja musuh. Selain itu, granat tangan seperti M67 dan perangkat asap M18 digunakan untuk taktik pertempuran urban. Perlengkapan tempur ini dirancang untuk mendominasi medan perang dengan kombinasi teknologi tinggi dan taktik yang terkoordinasi.

Pesawat Tempur dan Drone

Pasukan asing yang terlibat dalam perang Afghanistan menggunakan berbagai jenis pesawat tempur dan drone untuk mendukung operasi darat. Pesawat tempur seperti F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, dan A-10 Thunderbolt II digunakan untuk misi serangan darat, pengintaian, dan dukungan udara dekat. Pesawat-pesawat ini dilengkapi dengan senjata presisi seperti bom berpandu JDAM dan rudal AGM-65 Maverick untuk menghancurkan target dengan akurasi tinggi.

senjata dalam perang Afganistan

Drone seperti MQ-9 Reaper dan RQ-4 Global Hawk memainkan peran penting dalam pengawasan dan serangan jarak jauh. Drone ini dilengkapi dengan sensor canggih dan rudal Hellfire, memungkinkan pasukan asing untuk melacak dan menyerang target tanpa perlu kehadiran pilot di medan perang. Penggunaan drone memberikan keunggulan taktis dalam operasi kontra-terorisme dan pengumpulan intelijen.

Selain itu, helikopter serang seperti AH-64 Apache dan AH-1 Cobra digunakan untuk mendukung pasukan darat dengan senjata otomatis, roket, dan rudal anti-tank. Helikopter transport seperti CH-47 Chinook dan UH-60 Black Hawk memastikan mobilitas pasukan dan logistik di medan yang sulit. Kombinasi pesawat tempur, drone, dan helikopter ini memperkuat dominasi udara pasukan asing dalam konflik Afghanistan.

Kendaraan Militer Modern

Senjata yang digunakan oleh pasukan asing dalam perang Afghanistan mencakup berbagai alutsista modern yang dirancang untuk operasi tempur intensif. Pasukan seperti Amerika Serikat dan sekutu NATO membawa senjata canggih, mulai dari senapan serbu M4 Carbine hingga senapan mesin M240B, serta sistem pelontar granat M320. Senjata-senjata ini dipilih untuk ketepatan, keandalan, dan kompatibilitas dengan perlengkapan tempur lainnya dalam medan perang yang kompleks.

Senjata infanteri dari NATO mencerminkan standar tempur modern dengan fokus pada akurasi, modularitas, dan daya tahan. Senapan serbu M4 Carbine dan M16A4 menjadi tulang punggung pasukan infanteri, dilengkapi dengan optik seperti ACOG atau EOTech untuk meningkatkan efektivitas tembakan. Senapan mesin ringan M249 SAW dan senapan mesin sedang M240B digunakan untuk memberikan dukungan tembakan otomatis yang stabil.

Untuk operasi khusus, pasukan NATO sering menggunakan senapan runduk seperti M24 SWS atau Barrett M107 untuk penembakan jarak jauh. Pistol M9 Beretta atau SIG Sauer P320 menjadi senjata sekunder yang andal. Peluncur granat M203 dan M320 dipasang pada senapan serbu untuk memberikan daya hancur tambahan, sementara pelontar granat otomatis MK19 digunakan dalam pertempuran jarak menengah.

Senjata anti-tank seperti FGM-148 Javelin dan AT4 juga menjadi bagian dari persenjataan NATO, memberikan kemampuan untuk melawan kendaraan lapis baja musuh. Selain itu, granat tangan seperti M67 dan perangkat asap M18 digunakan untuk taktik pertempuran urban. Perlengkapan tempur ini dirancang untuk mendominasi medan perang dengan kombinasi teknologi tinggi dan taktik yang terkoordinasi.

Pasukan asing juga mengandalkan kendaraan militer modern seperti Humvee, MRAP, dan kendaraan lapis baja Stryker untuk mobilitas dan perlindungan di medan perang. Helikopter serang AH-64 Apache dan pesawat tempur F-16 digunakan untuk dukungan udara, sementara drone seperti MQ-9 Reaper memainkan peran kunci dalam pengintaian dan serangan presisi. Kombinasi senjata dan kendaraan ini memungkinkan pasukan asing untuk menjalankan operasi efektif dalam konflik Afghanistan.

Senjata yang Digunakan oleh Kelompok Pemberontak

Senjata yang digunakan oleh kelompok pemberontak dalam perang Afghanistan sering kali merupakan hasil perolehan dari pasar gelap, rampasan, atau pasokan dari pihak luar yang mendukung perjuangan mereka. Dari senjata ringan hingga perlengkapan improvisasi, persenjataan mereka mencerminkan taktik gerilya dan ketergantungan pada alat-alat yang mudah dioperasikan di medan yang sulit. Artikel ini akan mengulas beberapa senjata utama yang kerap dipakai oleh kelompok pemberontak dalam konflik tersebut.

Senjata Ringan dan Portabel

senjata dalam perang Afganistan

Kelompok pemberontak di Afghanistan menggunakan berbagai senjata ringan dan portabel yang mudah dioperasikan serta efektif dalam perang gerilya. Senjata-senjata ini sering kali berasal dari pasokan bekas atau hasil rampasan dari pasukan pemerintah maupun asing.

  • Senapan serbu AK-47 dan variannya seperti AKM dan AK-74 menjadi senjata utama karena ketahanannya di medan kasar.
  • Peluncur roket RPG-7 digunakan untuk menyerang kendaraan lapis baja dan posisi musuh.
  • Senapan mesin ringan PKM dan RPK memberikan dukungan tembakan otomatis dalam pertempuran.
  • Mortir portabel kaliber 82mm digunakan untuk serangan jarak jauh dengan biaya rendah.
  • Senapan runduk Dragunov SVD dipakai untuk operasi penembak jitu.
  • Pistol Makarov PM dan Browning Hi-Power menjadi senjata sekunder yang praktis.
  • Granat tangan seperti F1 dan RGD-5 digunakan dalam pertempuran jarak dekat.

Selain itu, kelompok pemberontak juga memanfaatkan senjata improvisasi seperti bom rakitan (IED) untuk serangan tak terduga terhadap pasukan musuh. Kombinasi senjata-senjata ini memungkinkan mereka untuk melancarkan serangan cepat dan mundur dengan mudah di medan pegunungan Afghanistan.

Senjata Hasil Rakitan

Senjata yang digunakan oleh kelompok pemberontak dalam perang Afghanistan sering kali merupakan hasil rakitan atau modifikasi dari senjata-senjata bekas. Senjata-senjata ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perang gerilya dengan biaya rendah dan kemudahan perawatan. AK-47 dan RPG-7 menjadi pilihan utama karena ketahanannya, sementara bom rakitan (IED) digunakan sebagai senjata taktis untuk serangan mendadak.

Kelompok pemberontak juga mengandalkan senjata hasil modifikasi, seperti senapan laras panjang yang diubah menjadi senapan runduk atau peluncur granat rakitan. Mortir buatan lokal dengan kaliber bervariasi sering digunakan untuk menembakkan proyektil dari jarak aman. Selain itu, senjata anti-pesawat rakitan, seperti senapan mesin yang dipasang pada tripod, digunakan untuk mengganggu operasi udara musuh.

Keterbatasan pasokan senjata modern membuat kelompok pemberontak kreatif dalam merakit dan memodifikasi perlengkapan tempur. Senjata-senjata ini mungkin kurang presisi dibanding alutsista modern, tetapi efektif dalam taktik perang asimetris yang mengandalkan kejutan dan mobilitas tinggi.

Penggunaan Ranjau dan IED

Senjata yang digunakan oleh kelompok pemberontak dalam perang Afghanistan mencakup berbagai alat tempur yang dirancang untuk perang gerilya dan serangan tak terduga. Ranjau darat dan bom rakitan (IED) menjadi senjata andalan karena kemampuannya menginfiltrasikan area musuh tanpa kontak langsung. Kelompok pemberontak sering memasang ranjau di jalur logistik atau wilayah operasi pasukan lawan untuk menimbulkan korban dan gangguan psikologis.

IED, atau Improvised Explosive Device, adalah senjata improvisasi yang dibuat dari bahan peledak, detonator, dan pemicu sederhana. Bom ini sering disembunyikan di pinggir jalan, kendaraan, atau bahkan dipasang pada manusia (serangan bunuh diri). Efek destruktifnya mampu menghancurkan kendaraan lapis baja dan menewaskan banyak personel sekaligus. Penggunaan IED menjadi taktik utama dalam perang asimetris melawan pasukan koalisi dan pemerintah Afghanistan.

Selain IED, ranjau darat buatan lokal atau bekas perang Soviet juga digunakan untuk memblokir pergerakan musuh. Ranjau anti-personel dan anti-tank dipasang di daerah strategis seperti jalan gunung atau dekat pos pemeriksaan. Kombinasi ranjau dan IED memungkinkan kelompok pemberontak melancarkan perang psikologis sekaligus mengurangi keunggulan teknologi pasukan lawan.

Dampak Teknologi Senjata dalam Konflik

Dampak teknologi senjata dalam konflik Afghanistan telah mengubah dinamika perang, baik bagi pasukan pemerintah, koalisi asing, maupun kelompok pemberontak. Senjata modern seperti drone, rudal berpandu, dan alutsista canggih lainnya memberikan keunggulan taktis, sementara senjata improvisasi dan rakitan menjadi andalan dalam perang gerilya. Artikel ini akan membahas bagaimana teknologi senjata memengaruhi strategi dan hasil pertempuran dalam perang Afghanistan.

Perubahan Strategi Perang

senjata dalam perang Afganistan

Dampak teknologi senjata dalam konflik Afghanistan telah mengubah strategi perang secara signifikan, baik bagi pasukan pemerintah, koalisi asing, maupun kelompok pemberontak. Penggunaan senjata modern dan improvisasi menciptakan dinamika pertempuran yang kompleks, di mana teknologi tinggi berhadapan dengan taktik gerilya yang lincah.

  • Senjata canggih seperti drone dan rudal berpandu memungkinkan pasukan koalisi melakukan serangan presisi tanpa risiko besar terhadap personel.
  • Senjata improvisasi seperti IED dan ranjau darat menjadi alat efektif bagi pemberontak untuk menetralisir keunggulan teknologi musuh.
  • Penggunaan senjata portabel seperti RPG-7 dan mortir memungkinkan pertempuran asimetris di medan pegunungan.
  • Kendaraan lapis baja dan helikopter tempur meningkatkan mobilitas dan daya serang pasukan pemerintah dan asing.
  • Teknologi pengintaian modern memperpendek waktu respons dan meningkatkan akurasi intelijen lapangan.

Perubahan strategi perang ini menunjukkan bagaimana teknologi senjata tidak hanya menentukan hasil pertempuran, tetapi juga membentuk cara perang itu sendiri. Konflik Afghanistan menjadi contoh nyata bagaimana senjata dapat menjadi faktor penentu dalam perang modern yang dinamis.

Pengaruh terhadap Korban Sipil

Dampak teknologi senjata dalam konflik Afghanistan telah memberikan pengaruh signifikan terhadap korban sipil, terutama dalam penggunaan senjata modern dan improvisasi. Senjata canggih seperti drone dan rudal berpandu, meskipun dirancang untuk presisi, sering kali menyebabkan korban sipil akibat kesalahan intelijen atau dampak kolateral. Di sisi lain, senjata improvisasi seperti bom rakitan (IED) yang digunakan oleh kelompok pemberontak kerap menargetkan area publik, meningkatkan risiko bagi warga sipil yang tidak terlibat.

Penggunaan artileri dan mortir dalam pertempuran jarak jauh juga berkontribusi pada tingginya angka korban sipil, terutama di wilayah permukiman. Proyektil yang meleset atau serangan balasan sering menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur vital. Selain itu, ranjau darat dan sisa bahan peledak dari perang sebelumnya terus mengancam keselamatan warga bahkan setelah konflik mereda.

Kombinasi senjata modern dan taktik gerilya telah menciptakan lingkungan yang sangat berbahaya bagi penduduk sipil. Ketidakmampuan membedakan antara kombatan dan non-kombatan memperparah situasi, membuat banyak keluarga kehilangan anggota atau terpaksa mengungsi. Dampak psikologis dan fisik dari teknologi senjata ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Afghanistan, yang telah menderita selama puluhan tahun konflik.

Evolusi Taktik Militer

Dampak teknologi senjata dalam konflik Afghanistan telah membawa perubahan besar dalam evolusi taktik militer. Penggunaan senjata modern seperti drone, rudal berpandu, dan sistem pengintaian canggih memungkinkan pasukan koalisi melancarkan serangan presisi dengan risiko minimal. Di sisi lain, kelompok pemberontak mengandalkan senjata improvisasi dan taktik gerilya untuk menetralisir keunggulan teknologi musuh.

Perang Afghanistan menjadi contoh nyata bagaimana teknologi senjata memengaruhi strategi tempur. Pasukan pemerintah dan asing mengandalkan kendaraan lapis baja, helikopter serang, dan artileri bergerak untuk mendominasi medan perang. Sementara itu, kelompok pemberontak memanfaatkan senjata portabel seperti RPG-7 dan mortir untuk melancarkan serangan cepat di medan pegunungan yang sulit dijangkau.

Kombinasi antara senjata canggih dan taktik asimetris menciptakan dinamika perang yang unik. Drone dan bom rakitan (IED) sama-sama menjadi senjata andalan, meskipun dengan tujuan dan dampak yang berbeda. Perkembangan teknologi senjata tidak hanya mengubah cara berperang, tetapi juga memengaruhi hasil konflik secara keseluruhan.

Evolusi taktik militer di Afghanistan menunjukkan bahwa teknologi senjata bukanlah satu-satunya faktor penentu kemenangan. Kemampuan beradaptasi dengan medan yang kompleks dan memahami karakteristik musuh tetap menjadi kunci dalam menghadapi tantangan perang modern. Konflik ini membuktikan bahwa senjata hanyalah alat, sedangkan strategi dan taktiklahlah yang menentukan keberhasilan di medan perang.

Pasokan dan Sumber Senjata

Pasokan dan sumber senjata dalam perang Afghanistan memainkan peran krusial dalam dinamika konflik yang berkepanjangan. Baik pasukan pemerintah, koalisi asing, maupun kelompok pemberontak mengandalkan berbagai jenis senjata, mulai dari alutsista modern hingga persenjataan improvisasi, untuk mendukung strategi tempur mereka. Artikel ini akan mengulas bagaimana pasokan senjata dari dalam dan luar negeri membentuk medan perang serta memengaruhi jalannya pertempuran di Afghanistan.

Pasokan dari Negara Asing

Pasokan senjata dalam perang Afghanistan berasal dari berbagai sumber, termasuk negara asing yang mendukung pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Pasokan ini mencakup senjata ringan, artileri, kendaraan tempur, hingga perlengkapan pendukung lainnya yang memengaruhi keseimbangan kekuatan di medan perang.

  • Uni Soviet dan Rusia menjadi penyuplai utama senjata untuk pasukan pemerintah Afghanistan, termasuk AK-47, RPG-7, dan sistem artileri seperti D-30.
  • Amerika Serikat dan sekutu NATO menyediakan alutsista modern seperti M4 Carbine, senapan mesin M240B, serta drone dan pesawat tempur untuk operasi kontra-terorisme.
  • Negara-negara seperti Pakistan dan Iran diduga memberikan senjata kepada kelompok pemberontak, termasuk mortir, peluncur roket, dan bahan peledak untuk IED.
  • Pasar gelap dan jaringan penyelundupan senjata turut berperan dalam mendistribusikan senjata bekas pakai ke kelompok pemberontak.
  • Rampasan dari pasukan musuh menjadi sumber senjata penting bagi kedua belah pihak, terutama dalam perang gerilya.

Pasokan senjata dari luar negeri tidak hanya memperpanjang konflik, tetapi juga memengaruhi strategi dan taktik yang digunakan oleh masing-masing pihak. Ketersediaan senjata modern maupun tradisional menjadi faktor penentu dalam dinamika perang Afghanistan yang kompleks.

Pasar Gelap dan Penyebaran Senjata

Pasokan dan sumber senjata dalam perang Afghanistan sangat beragam, mencakup aliran resmi dari negara pendukung hingga jaringan pasar gelap yang rumit. Senjata-senjata ini kemudian menyebar ke berbagai pihak yang terlibat dalam konflik, baik pasukan pemerintah, koalisi asing, maupun kelompok pemberontak.

Pasar gelap memainkan peran penting dalam distribusi senjata ilegal, terutama bagi kelompok pemberontak yang kesulitan mendapatkan pasokan resmi. Senjata bekas pakai dari konflik sebelumnya, seperti era Soviet, sering kali diperjualbelikan secara ilegal. Selain itu, penyelundupan senjata dari negara tetangga seperti Pakistan dan Iran turut memperkuat persenjataan kelompok pemberontak.

Penyebaran senjata di Afghanistan juga dipengaruhi oleh korupsi dan lemahnya pengawasan perbatasan. Banyak senjata yang seharusnya dimusnahkan atau dikendalikan justru beredar bebas, memperpanjang konflik dan meningkatkan kekerasan. Kombinasi antara pasokan resmi, pasar gelap, dan rampasan perang menciptakan lingkungan di mana senjata mudah diperoleh, memperparah instabilitas di Afghanistan.

Pengaruh Perjanjian Internasional

Pasokan dan sumber senjata dalam perang Afghanistan sangat dipengaruhi oleh perjanjian internasional yang mengatur transfer alutsista. Perjanjian seperti Arms Trade Treaty (ATT) bertujuan membatasi penyebaran senjata ke daerah konflik, namun implementasinya sering kali tidak efektif di Afghanistan. Banyak senjata yang seharusnya dilarang tetap masuk melalui jaringan gelap atau celah hukum.

Perjanjian antara Amerika Serikat dan Afghanistan mengenai bantuan militer juga memengaruhi pasokan senjata modern ke pasukan pemerintah. Namun, senjata-senjata ini sering kali jatuh ke tangan kelompok pemberontak akibat korupsi atau perampasan. Sementara itu, negara-negara seperti Rusia dan Iran memanfaatkan celah dalam perjanjian internasional untuk menyuplai senjata ke pihak-pihak tertentu tanpa pelacakan yang transparan.

Pengaruh perjanjian internasional terlihat dalam upaya pembatasan senjata pemusnah massal dan ranjau darat, tetapi efektivitasnya terbatas di medan perang Afghanistan. Kelompok pemberontak tetap mengandalkan senjata improvisasi dan penyelundupan, sementara pasukan koalisi memanfaatkan teknologi tinggi yang diatur oleh kerjasama pertahanan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %